Malaikat Kecil

Jangan biarkan harga yang murah menghalangi kita untuk melihat kebaikan yang sebenarnya. Terkadang, di balik sebuah harga yang terjangkau, terdapat cerita kebaikan dan nilai yang tak ternilai harganya.

Malaikat Kecil
Ilustrasi suasana perkampungan Muslim di Tangerang.

Barusan saya mendengar kisah tentang suatu waralaba mi ayam yang viral karena murah dan katanya lezat. Yang membeli sampai antri.

Di perjalanan pulang, saya meléwati jalan alternatif. Jalan perkampungan. Saya meléwati penjual hidangan berbuka puasa yang menjual dagangan di depan rumah. Kasihan, sepi pembeli.

Saya pun menepikan sepéda motor.
Ini adalah kali ke dua saya berbelanja di sini. Dua hari lalu saya membeli kolak dan pisang goréng. Ternyata lezat! Istriku pun bilang begitu. Padahal harganya hanya Rp 1.000 untuk pisang goréng dan Rp 5.000 untuk kolak. Murah sangat bagi ukuran kota Tangerang.

Saya membeli 2 kolak dan 10 pisang goréng. Sambil menunggu belanjaan dikemas, tak sengaja saya melihat tulisan di rumah tersebut. Tentang Taman Pendidikan Al-Qur'an yang sepertinya ibu penjual ini adalah juga pengajarnya. Menurut beliau, usia minimal adalah 5 tahun. Anakku baru 3 tahun.

Insya Allah, kelak saya akan menitipkan anak saya di situ agar belajar bergaul dengan sesama, sambil belajar agama Islam.

Anakku harus mengalahkanku dalam segala hal, termasuk dalam keimanan.

Tak terasa, belanjaan telah siap. Setelah mengucap terima kasih, saya melanjutkan perjalanan sambil di dalam hati meminta maaf karena saya belum dapat berbuat banyak untuk orang-orang kecil seperti beliau.

Séhat terus ya Bu. Juga untuk anak-anak yang sedang bermain. Meréka adalah malaikat-malaikat kecil yang kelak menjaga Dunia ini agar tetap seimbang.

Mawan A. Nugroho.

Ilustrasi suasana perkampungan di Tangerang.