Mastodon

"Pikirkan tentang apa yang dilakukan orang di Facebook saat ini. Mereka tetap terhubung dengan teman dan keluarga mereka, tetapi mereka juga membangun citra dan identitas untuk diri mereka sendiri, yang dalam arti tertentu adalah merek mereka." (Mark Zuckerberg).

Mastodon

Bila anda adalah pengguna Twitter atau Facebook, saya yakin anda akan menyukai artikel ini.

Dahulu kala pernah berjaya aplikasi instant messaging bernama BlackBerry Messeger (BBM). Kemudian muncul saingan bernama WhatsApp (WA) yang perlahan-lahan mulai mendominasi sekaligus membuat BlackBerry hanya menjadi catatan sejarah.

Ketika timbul isu WhatsApp diblokir, dan server WhatsApp pernah down, sebagian orang berusaha mencari alternatif yaitu Telegram. Kelebihan Telegram adalah dalam satu grup bisa dihuni oleh lebih dari 1024 orang. Juga beberapa kelebihan lain yaitu adanya Bot. Hanya saja, WhatsApp dan Telegram masih rawan disalahgunakan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan cara mengirim pesan penipuan atau bahkan aksi pelecehan seksual yang dilakukan orang asing.

Facebook dirasa mulai tidak asyik lagi. Sebagian pindah ke Twitter yang lebih longgar sensornya. Ketika Elon Musk membeli Twitter, jutaan orang mulai merasa tidak nyaman, dan kembali mencari alternatif lain.

Mastodon

Maka Mastodon pun dilirik orang. Tapi tunggu dulu. Cara kerja Mastodon tidak sama seperti Twitter, Facebook, WhatsApp dan Telegram. Mastodon adalah aplikasi yang harus diinstall di sebuah server. Mirip seperti Moodle yang diunduh dari Moodle.org (bukan Moodle.com ya!) kemudian dipasang di server sekolah.

Mastodon yang diinstall di sebuah server disebut instance.

Di Dunia ini ada banyak instance. Seperti halnya Moodle yang dipasang di server-server sekolah, tiap instance mempunyai ciri khas tersendiri. Misalkan ada instance khusus penggemar komik. Ada instance khusus penggemar musik. Dan sebagainya. Masing-masing instance berdiri sendiri. Anggota instance komik tidak bisa berkomunikasi dengan anggota instance musik.

Tapi tidak selamanya tiap instance berdiri sendiri. Ada fitur yang bernama Relay. Bila instance komik direlay dengan instance musik, maka anggota kedua instance ini bisa saling berkomunikasi. Menarik kan?

Penerapan Mastodon

Misalkan ada sekolah dengan jumlah murid 1200. Belum termasuk guru-gurunya yang sekitar 100 orang. Sekolah ini ingin agar guru bisa mengirim pengumuman. Murid pun bisa saling berkomunikasi dengan murid yang lain, atau dengan gurunya.

Ada beberapa alternatif. Yang jelas, tidak bisa memakai WhatsApp. Alternatif pertama adalah memakai Microsoft Team. Alternatif ke dua adalah memakai Telegram.

Tapi masalahnya, Telegram dan WhatsApp adalah sistem terbuka. Orang luar bisa menghubungi murid atau guru di sekolah tersebut. Orang luar ini bisa mengirim pesan penipuan, perundungan (bullying), atau bahkan melakukan tindakan pelecehan seks. Di sinilah Mastodon berperan. Mastodon bisa diset agar tertutup. Tidak ada orang luar yang bisa membuat akun. Tanpa akun, orang luar tidak bisa menghubungi murid atau guru di instance tersebut (server Mastodon di sekolah tersebut). Bila mau lebih ketat lagi, tiap murid dan guru dibuatkan akun khusus. Tidak boleh membuat username sekehendak hati, tapi username telah ditentukan oleh admin Mastodon. Dengan cara ini, anggota instance tidak akan berani berbuat kurang ajar karena bisa diketahui dari usernamenya.

Relay

Di atas telah disinggung tentang Relay. Yaitu instance A dihubungkan dengan instance B sehingga pengguna A bisa berkomunikasi dengan pengguna B.

Kita ambil contoh, ada dua instance yaitu:

  1. chat.mawan.net (A)
  2. chat.mawan.id (B)

Di instance A ada username bernama mawan. Maka penulisannya adalah @mawan@chat.mawan.net. Di instance B juga ada username bernama mawan. Penulisannya adalah @mawan@chat.mawan.id.

Pengguna instance A yang ingin berkomunikasi dengan mawan yang di instance A, bisa menulis @mawan saja. Tapi bila ingin berkomunikasi dengan mawan yang di instance B, harus ditulis lengkap misalkan @mawan@chat.mawan.id

Ke depan, mungkin saja Kemdikbud membuat instance, kemudian sekolah-sekolah me-replay instance tersebut sehingga terciptalah jaringan Mastodon berskala Nasional. Keren sangat bukan?

Aplikasi Mastodon tersedia di Google Play dan Apple Store. Push notification pun berfungsi. Dan tentunya tetap gratis.

Bila ada sekolah yang berminat membangun Mastodon, saya bersedia menyediakan servernya dan maintenance. Sekolah cukup menyediakan sub domain yang mengarah ke server, data pengguna yang ingin didaftarkan (nomor induk siswa sebagai username, dan email), dan biaya bulanan yang bisa dinegosiasi. Yang jelas murah, tidak sampai puluhan juta rupiah perbulan.

Ayo pengguna Twitter, kita coba Mastodon.