Memilih Laptop AI di tahun 2025

Sekarang zamannya AI di mana-mana. Pada artikel ini saya mengulas tentang apa itu laptop AI, apa yang dapat dilakukannya untuk memudahkan hidup kita, dan rekomendasi laptop AI terbaik di tahun 2025.

Memilih Laptop AI di tahun 2025
Asus Vivobook S14

Sudah hampir 3 tahun (tepatnya sejak 28 September 2022) saya memakai laptop Asus Vivobook M7600QE yang saat itu termasuk laptop yang cukup keren untuk ukuran kantong seorang guru biasa (bukan kepala sekolah!). Sebelumnya saya mempunyai laptop Asus ROG yang penuh nuansa warna merah, yang juga merupakan jenis laptop kesukaan para operator Dapodik. Boleh dibilang, saya termasuk penggemar Asus (walau pun saya bukan operator Dapodik, hehehe).

Mengapa saya memilih Asus Vivobook M7600QE? Alasannya: Saya butuh laptop yang ramping agar mudah dimasukkan ke tas dan tidak membuat saya lelah ketika saya harus naik turun tangga untuk berpindah kelas (saya guru mata pelajaran!) tapi layarnya juga harus lebar (maklum, faktor U). Laptop itu juga harus siap digunakan dalam beberapa detik sejak pertama dihidupkan, yang berarti media penyimpanannya harus minimal SSD. RAM juga harus besar, mengingat saya sering membuka banyak tab browser dan sering merender video di Blender 3D dan membuat kode program komputer.

Mimpi boleh muluk-muluk, tapi apa daya, pada akhirnya harus disesuaikan dengan isi dompet. Maka di tahun 2022 itulah saya membeli Asus Vivobook M7600QE yang diperkuat oleh prosesor AMD Ryzen 9. Cukup keren menurut saya.

Salah satu komponen yang saya sukai dari laptop ini adalah tombol power yang mampu memindai sidik jari. Dengan tombol ini, selain saya dapat login ke Windows memakai Windows Hello dengan sekali sentuhan jari, tombol ini juga dapat difungsikan sebagai passkey. Untuk yang belum paham tentang passkey, silakan baca artikel saya sebelumnya. Intinya, passkey adalah salah satu implementasi dari autentikasi passwordless. Dengan passkey, kita tidak perlu mengetik password. Ke depan mungkin kita akan meninggalkan password, suatu "teknologi" usang yang telah dipakai sejak tahun 1960-an dan sepertinya sekarang tidak cukup kuat untuk dijadikan cara autentikasi.

Sekarang tentang AI.
Pada 30 November 2022 muncullah ChatGPT. Ini AI yang wow banget. Siapa yang saat ini masih belum mengenal ChatGPT? Dari anak sekolah yang diam-diam memakai ChatGPT untuk mengerjakan tugas-tugas mereka, sampai emak-emak content creator di Tiktok pun memakai ChatGPT. Memang sebelumnya juga ada AI, misalkan Siri dan Google Assistant, tapi tidak mempunyai kemampuan menjawab fleksibel seperti ChatGPT.

Saya pun tak mau ketinggalan. Dulu ada istilah "Guru membuat soal selama 5 jam, murid menjawab (dengan menembak asal-asalan) sesingkat 5 menit." Dengan adanya AI dan LMS (Learning Management System), sekarang keadaan itu dibalik, "Guru membuat soal 5 menit, murid menjawab 5 jam." Kok bisa? Bisa dong. Kan ada AI. Saya cukup menyediakan file PDF tentang materi pelajaran yang telah diajarkan ke murid-murid, kemudian meminta ChatGPT membuat soal HOTS berjenis multiple choice dan ditulis dalam format Aiken. Setelah itu soal diimport ke Moodle. Langkah terakhir, saya membuat Quiz dengan soal-soal yang tadi dibuat oleh ChatGPT, ditambah peraturan: Selama murid belum mencapai nilai minimal, maka murid wajib mengulang Quiz. Bila Quiz ini belum dituntaskan, maka murid tidak dapat melanjutkan ke materi berikutnya.

Itu baru satu contoh. Masih banyak hal lain yang dapat dilakukan oleh AI.

Baru-baru ini saya mendengar ada istilah "Laptop AI" dan "Ponsel AI". Lho, apa bedanya dengan ChatGPT yang ada di laptop saya? Setelah menyimak beberapa artikel teknologi, saya jadi paham bahwa laptop AI adalah perangkat yang dibekali kemampuan khusus untuk menjalankan model-model kecerdasan buatan secara lokal. Alih-alih mengandalkan jaringan internet untuk memproses permintaan AI, jenis laptop ini memiliki unit pemrosesan neural—sering disebut NPU—yang memungkinkan analisis gambar, pengenalan suara, atau asistensi cerdas lain berjalan lebih cepat dan efisien. Keuntungannya terasa nyata: privasi data lebih terjaga karena prosesnya tidak lagi dikirim ke server eksternal, serta latensi yang rendah membuat interaksi cerdas terasa instan. Misalnya, ketika ingin menyesuaikan tone tulisan atau menganalisis emosi dalam sebuah rekaman suara, semuanya bisa dilakukan langsung di laptop, tanpa gangguan jaringan.

NPU (Neural Processing Unit) adalah komponen dalam prosesor yang dikhususkan untuk menjalankan tugas-tugas berbasis kecerdasan buatan (AI), seperti:

  • Pengenalan wajah
  • Pemrosesan bahasa alami
  • Penyuntingan foto/video berbasis AI
  • Deteksi objek dan suara
  • Asisten pintar (seperti Siri, Google Assistant, dll)

Apakah tanpa NPU bisa? Bisa saja, tapi lebih lambat dan kadang malah error. Baterai juga boros (cepat habis), karena CPU/GPU mendapat tugas tambahan untuk melakukan sesuatu yang bukan tupoksinya. Dengan adanya NPU, paka tugas-tugas yang berhubungan dengan AI diserahkan kepada NPU. CPU/GPU dapat mengerjakan tugas lain.

Pada pengolah foto, mereka dapat bekerja sama dengan sangat baik. Sebagai contoh adalah pada aplikasi presensi. CPU membuka kamera dan menata tampilan UI. GPU merender tampilan real-time kamera agar tidak terputus-putus gerakannya. NPU mendeteksi wajah dan memisahkan orang dengan latar belakang. Hasilnya diserahkan kepada CPU dan GPU untuk menentukan apakah itu Mawan atau patung yang mirip Mawan. Bila bukan Mawan, maka presensi ditolak atau Mawan harus berusaha lebih keras untuk meyakinkan kamera bahwa memang itu adalah Mawan asli, bukan patung. Ingat: Presensi menentukan rezeki, hehehe...

Wow. Mendadak laptop saya yang semula keren habis, kini seolah menjadi benda antik peninggalan pra sejarah. Maka saya mulai browsing mencari informasi lebih lengkap tentang laptop AI (juga sekalian untuk ikut kompetisi menulis blog, hehehe, semoga tulisan ini menang).

Salah satu laptop yang menarik perhatian saya adalah Vivobook S14. Pertama, bodinya ringkas (mirip laptop saya saat ini) dengan layar IPS 2,5K FHD 16:10. Kelebihan IPS adalah tidak terjadi burn-in pada tampilan statis lama, sedangkan layar lain misalkan AMOLED harus dimunculkan screen saver agar umur layar monitor lebih panjang.

Bobot Vivobook S14 juga ringan dan ketebalan hanya setara buku membuatnya ideal untuk para pencari rezeki yang sering berpindah tempat seperti saya. Namun lebih dari itu, keberadaan NPU generasi terbaru di dalamnya memberi dorongan ekstra saat kita mengandalkan asisten AI untuk merapikan konten blog atau bahkan mengonversi tulisan tangan menjadi teks digital tanpa jeda. Fitur ini yang tidak ada di laptop saya! Untuk memakai AI di laptop saya, saya harus terhubung ke Internet.

Kapasitas baterainya juga cukup besar, mampu bertahan selama 30,5 jam! Wow. Lebih dari sehari semalam sampai diajak lebur pun oke! Ini membuat saya tidak perlu membawa-bawa charger ke mana pun saya pergi. Yang cukup dibawa ke manapun saya pergi hanya kenangan indah bersamamu, cieeee....

Kalau anda membaca brosur Asus Vivobook S14, anda akan menemui istilah Snapdragon X dan NPU. Apa pula ini? Oke, saya akan coba menjelaskan sesederhana mungkin seperti saya menjelaskan ke murid-murid saya.

💡
Snapdragon X adalah system-on-chip (SoC) — artinya, satu chip mencakup CPU, GPU, ISP (Image Signal Processor), dan juga NPU. NPU (Neural Processing Unit) adalah unit khusus dalam chip Snapdragon X yang dirancang untuk menangani tugas-tugas kecerdasan buatan secara lebih efisien dan hemat daya dibanding CPU atau GPU. NPU inilah yang membuat laptop ini disebut sebagai “Copilot+ PC” atau “AI PC”, karena mampu menjalankan berbagai fitur AI secara lokal.

Pada Vivobook S14, NPUnya mampu mencapai hingga 45 TOPS (Tera Operations Per Second) — ini berarti chipnya mampu memproses miliaran perhitungan AI per detik secara lokal, tanpa harus bergantung ke cloud seperti saya yang saat ini butuh terhubung ke server ChatGPT atau ke server Adobe untuk editing photo.

Lebih kerennya lagi, Asus Vivobook S14 justru lebih murah dari pada laptop saya saat ini! Harganya mulai dari Rp 12 jutaan saja. Saya jadi tak sabar ingin segera membeli laptop ini.

Asus Vivobook S14 tersedia dalam 3 varian:

Harapan saya, semoga dalam waktu dekat ini saya bisa memiliki Vivobook S14. Sepertinya, dengan laptop ini, setiap ide tak hanya sekadar terpikirkan, melainkan bisa terwujud lebih cepat, lebih cemerlang, dan dengan cara yang dulu hanya bisa saya impikan. Semoga keinginan ini terwujud, agar saya bisa terus mengeksplorasi kreativitas tanpa batas—bersama laptop AI impian saya.

Mawan A. Nugroho, M.Kom
Guru dan praktisi IT.

Seedbacklink