3.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 3.2

Pengelolaan sumber daya di sekolah merupakan hal yang penting bagi seorang pemimpin pembelajaran. Melalui pengelolaan sumber daya yang tepat, pemimpin pembelajaran dapat memaksimalkan potensi yang ada di sekolah dan menghasilkan kemajuan yang lebih baik.

3.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 3.2
Oleh: Mawan Agus Nugroho
CGP Angkatan 7 Kota Tangerang.

A. Pemimpin Pembelajaran: Pemanfaatan 7 Modal Utama untuk Meningkatkan Kekuatan Sekolah melalui Pengelolaan Sumber Daya

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya adalah konsep yang mencakup pengelolaan sumber daya manusia, sumber daya fisik, dan sumber daya keuangan dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sumber daya itu dapat dirinci menjadi 7 modal yaitu:

  1. Modal manusia;
  2. Modal sosial;
  3. Modal fisik,
  4. Modal lingkungan/alam;
  5. Modal finansial;
  6. Modal politik, dan
  7. Modal agama dan budaya.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pengelolaan sumber daya di sekolah merupakan suatu hal yang penting untuk dikelola dengan baik. Dalam hal ini, pemimpin pembelajaran harus mampu mengintegrasikan sumber daya yang ada di sekolah agar dapat digunakan secara maksimal. Hal ini akan membantu membangun potensi yang ada di warga sekolah, lingkungan, dan masyarakat sekitar.

Sumber daya yang terdapat di sekolah merupakan sebuah ekosistem yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Faktor biotik dan abiotik ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang harmonis. Di dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya, seperti hubungan antara Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua dan Masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan dan Sarana dan Prasarana.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, penting untuk melakukan pemetaan kekuatan atau potensi sumber daya yang ada di sekolah. Hal ini akan membantu untuk mengimplementasikan konsep 7 modal utama yang terdapat di sekolah. Dengan memanfaatkan 7 modal utama tersebut, pemimpin pembelajaran dapat mengoptimalkan potensi yang ada di sekolah untuk kepentingan dan kemajuan sekolah.

Appreciative Inquiry

Dalam mengelola sumber daya di sekolah, pemimpin pembelajaran juga harus mempertimbangkan pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset. Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif, memusatkan perhatian pada hal-hal yang kurang atau tidak bekerja dengan baik. Sedangkan pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) akan memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada hal-hal yang bekerja dengan baik dan menjadi inspirasi. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, penting untuk menerapkan pendekatan berbasis aset dalam pengelolaan sumber daya di sekolah agar dapat memaksimalkan potensi yang ada dan menghasilkan kemajuan yang lebih baik.

B. Pentingnya Mengelola Sumber Daya Sekolah untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Kelas

Mengelola sumber daya dengan tepat dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Sekolah sebagai satuan pendidikan memiliki hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan agar efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) dapat menitikberatkan pada kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, yang dijadikan sebagai kekuatan untuk maju dan berkembang. Salah satu alat yang dapat membantu mengidentifikasi sumber daya sebagai aset sekolah adalah dengan menerapkan model PKBA, yaitu 7 modal/aset utama yang saling beririsan satu sama lain.

Berikut adalah contoh pemanfaatan 7 modal utama PKBA dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas:

1. Modal Manusia
Modal manusia meliputi kepala sekolah, pengawas, guru, orang tua, murid, dan tenaga kependidikan seperti tata usaha dan penjaga sekolah. Mereka dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi akademik, seperti membentuk klub sains untuk menggali minat dan bakat murid di bidang ilmu pengetahuan.

2. Modal Sosial
Pemanfaatan modal sosial dapat dilakukan melalui kerjasama dengan Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk meningkatkan kompetensi sekolah, kerjasama dengan puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan di sekolah, serta menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar lingkungan sekolah seperti RT dan RW.

3. Modal Fisik
Modal fisik yang terdapat di sekolah, seperti bangunan dan sarana prasarana, dapat dimanfaatkan sesuai dengan bentuk dan fungsinya. Misalnya, laboratorium komputer dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi.

4. Modal Lingkungan/Alam
Lingkungan/alam di sekitar sekolah merupakan modal yang sangat berharga untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Misalnya, memanfaatkan lingkungan untuk membuat taman hidup dan dapat digunakan untuk belajar tentang flora dan fauna.

5. Modal Finansial
Modal finansial sangat penting untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas. Perencanaan yang matang, seperti pembuatan Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS), dapat mendukung keberlangsungan proses pembelajaran menjadi lebih baik.

6. Modal Politik
Kerjasama dengan pihak luar, seperti dukungan dari pemerintah daerah dan kelurahan untuk menjalankan program sekolah seperti komposting, jumantik, dan Bank Sampah, serta bekerjasama dengan Dinas Pertamanan untuk menyediakan tanaman di sekolah, dapat memperkuat modal politik.

7. Modal Agama dan Budaya
Modal Agama dan Budaya dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas dengan adanya warga sekolah dan lingkungan.

C. Hubungan Materi ini dengan Modul Lainnya pada Pendidikan Calon Guru Penggerak

Materi modul 3.2 yang berjudul “Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya” memiliki keterkaitan dengan modul lainnya seperti filosofi Ki Hadjar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, budaya positif, pembelajaran diferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional, dan coaching.

Guru ibarat petani dan murid ibarat bibit padi.

Ki Hadjar Dewantara memiliki filosofi bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menuntun kekuatan kodrat pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menyenangkan proses pembelajaran dan berpihak pada murid dengan menuntun dan memaksimalkan potensi yang mereka miliki.

Guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, terutama dalam membangun sinergi di lingkungan sekolah, menjadi coach bagi guru lain, dan mendorong kolaborasi antar guru serta mewujudkan kepemimpinan murid. Dengan memanfaatkan modal utama, yakni modal manusia, guru dapat menciptakan generasi muda yang unggul.

Visi guru penggerak harus berbasis Appreciative Inquiry (AI) dengan konsep ATAP dan BAGJA. Budaya positif juga harus diterapkan di lingkungan sekolah, sehingga akan menghasilkan peserta didik yang memilik karakter kuat di masa depan.

Pembelajaran diferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional adalah strategi penting dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran diferensiasi, seorang guru harus memahami kesiapan belajar dan profil belajar murid, dan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah dengan baik. Sedangkan dalam pembelajaran sosial dan emosional, seorang guru harus membangun kolaborasi dengan seluruh komunitas sekolah untuk mengembangkan aspek sosial dan emosional murid, termasuk dengan menggunakan teknik mindfulness.

Coaching juga menjadi strategi penting bagi seorang guru dalam melakukan pengembangan kekuatan diri pada murid dengan menuntun dan memaksimalkan potensi yang dimiliki murid. Dengan demikian, Pendidikan Calon Guru Penggerak harus memahami berbagai modul yang saling berkaitan untuk menciptakan generasi muda yang berkarakter dan unggul di masa depan.

D. Penutup

Sebelum mempelajari modul 3.2 tentang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, saya terbiasa fokus pada cara penyampaian materi di kelas dan terkadang berpikir secara negatif dengan memfokuskan pada kekurangan yang ada. Hal ini seringkali menimbulkan perasaan pesimis dan akhirnya mengakibatkan kegagalan. Namun, setelah mempelajari modul tersebut, pandangan saya tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya telah berubah. Saya menyadari bahwa seorang pemimpin seharusnya selalu memiliki pola pikir yang berbasis pada kekuatan atau aset, sehingga mampu memanfaatkan sumber daya yang tersedia di sekitarnya dengan cara yang positif. Dengan pola pikir yang seperti itu, kita dapat lebih optimis dan sukses dalam mengelola sumber daya yang ada.

Ayo terus bergerak. Rangkul semua elemen yang menjadi bagian dari ekosistem sekolah kita. Manfaatkan dan fokuslah pada kekuatan aset yang kita miliki dengan kualitas pembelajaran murid-murid kita. Dengan membuat dampak yang lebih baik untuk murid kita, maka kita pun sedang membuat dampak bagi masa depan Indonesia.